Senin, 02 Juli 2012

Kutemukan Penggantinya

Hari terakhir lembur di bulan ini. Terakhir, karena besok sudah akan berganti bulan. Aku tetap berangkat pagi, meskipun tadi malam begadang. Aku harap aku bisa mendapat bus pertama, dan kalaupun hari ini macet paling tidak itulah harapanku, jadi aku bisa tidur di bus, mengganti jam tidurku yang semalam. Ada beberapa tugas menulis yang harus diselesaikan tadi malam. Dan syukurlah meskipun agak sulit tapi aku bisa menyelesaikannya walaupun berarti jam tidurku harus berkurang, dan paginya harus masuk kerja.

Segera setelah  bus pertama datang, aku naik dan duduk di barisan kanan di belakang pak sopir. Duduk di situ seorang perempuan muda berkerudung putih, setelah tersenyum dan memberikan tempat untukku dia kembali pada aktivitasnya, bermain-main dengan handponnya. Ku keluarkan hape ku dari saku dan headsetnya, segera kupasang di telingaku dan kuputar lagu, tanpa melihat judul apa yang sedang diputar. Aku tidak peduli, yang penting aku mau mendengar musik sambil tidur. Baru beberapa menit bus berjalan rasa kantuk sudah menyerang, belum lagi aku update status facebook dan twitter ku. Tapi aku lebih menuruti rasa kantukku. Jika tidak macet aku bisa berada di bus dan tidur tak kurang dari 30 menit, tapi bila macet aku harap dapat tambahan 30 menit saja, tidak lebih! Kelamaan macet tidak akan membuatku tidur lebih nyenyak, justru sebaliknya hanya bikin dongkol karena kegerahan. Maklum busnya tidak ber-AC.

Tampaknya aku harus sedikit kecewa, perjalanan lancar! Hanya ada sedikit kemacetan, tapi pada intinya jalanan lancar. Dan aku hanya sempat tertidur kurang lebih 20 menit saja. Efeknya, kebugaranku belum kembali 100%. Dengan langkah gontai aku menuju kantor. Sedikit malas untuk menyapa satpam di pos jaga tadi, aku hanya melambaikan tangan, dia juga membalasnya dengan lambaian tangan.


Sepi di kantor, hanya aku dan beberapa orang dari bagian personalia yang masuk. Ruang kerjaku berada di tengah, di antara ruang kerja accounting dan marketing. Sebenarnya kantor ini hanya satu ruangan, tapi antar departemen dibatasi dengan partisi setinggi 1,5 meter. Ada 4 departmen yang berkantor disini, selain personalia dan accounting masih ada departmen marketing, juga departemen tempatku bekerja, desain.


Sebelum memasuki tempat kerjaku, kusempatkan diri untuk melongok ruang kerja accounting. Aku berharap melihat perempuan itu di sana, meski aku tahu peluangnya sangat kecil melihatnya berada di ruang kerjanya sekarang. Di antara 4 departmen yang ada di sini, accounting adalah departmen yang paling jarang lembur. Bukannya apa-apa, tapi bagian yang sering berhubungan dengan bank ini, hari kerjanya menyesuaikan dengan hari kerja bank, Senin sampai Jumat. Hanya ada beberapa kasus khusus di mana mereka terpaksa masuk di hari Sabtu. Dan itulah yang aku harapkan saat ini. Tapi kenyataan berkata lain. Tidak ada siapa-siapa di ruang kerja accounting.

Jam 8.30 tepat, waktunya bekerja. Kunyalakan komputerku, terdengar deru suara kipas prosesor. Suaranya keras, lebih mirip suara blower di ruang toilet. Setelah komputer nyala, pertama-tama kubuka inbox emailku, di hari libur seperti ini, biasanya tidak ada email masuk. Tapi entah kenapa rasanya aku ingin sekali melihat daftar email yang masuk. Ada satu email masuk, ku lihat nama pengirimnya Fadhilla. Bergegas aku berdiri menuju ruang accounting, sangking terburu-buru hampir saja aku menabrak ibu cleaning service, yang sedang membersihkan ruangan accounting.

“Mas, mau cari siapa?”

“Eeee, ” aku gelagapan, “accounting ada yang masuk nggak bu?” jawabku sekenanya.

“Mana ada mas? Accounting mah kalau sabtu libur.”

Aku tak percaya begitu saja. Meski aku tidak masuk ke ruang accounting, tapi mataku menyapu seluruh sudut di ruang kerja accounting. Tidak ada tanda-tanda mahluk accounting di situ.

“Permisi mas, saya mau bersih-bersih dulu”, ibu cleaning service itu keluar dari ruang accounting membawa keranjang sampah yang penuh dengan kertas-kertas bekas.

Aku kembali ke meja kerjaku. Aku lihat lagi dengan cermat inbox emailku. Nama pengirimnya sudah jelas Fadhilla, jam terkirim 08.31. Subyek kosong atau no subject. Kubaca emailnya

Kutemukan Penggantinya (Ost Film Milli dan Nathan) by Winda

sebuah kisah tertulis indah dimasa lalu
tak teraba oleh hati siapapun
hingga kau datang dengan segala kelemahanmu
cacat hidupmu menyempurnakanku

kesakitanku bertambah pahit
ketika harus ku akui
aku menahan rasa cinta untukmu
namun kau tetap ada

kau hadir dalam bayang yang tak pernah ku anggap
kau ada didalam bayang semu
kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu
kau menyayangku dan buatku berkata
ku temukan penggantinya

kesakitanku bertambah pahit
ketika harus ku akui
kau hadir dalam bayang yang tak pernah ku anggap
kau ada didalam bayang semu
kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu
kau menyayangku dan buat ku berkata

kau hadir dalam bayang yang tak pernah ku anggap
kau ada didalam bayang semu
kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu
kau menyayangku dan buat ku berkata
ku temukan penggantinya, kutemukan penggantinya

Seperti sebuah lirik lagu, tapi aku merasa belum pernah mendengar lagu ini. Fadhilla tidak berada di kantor, berarti dia mengirim email ini dari email yahoo. Entah kenapa tadi tidak terpikirkan olehku. Aku hanya berpikir, atau mungkin berharap dia ada di kantor saat ini.

Fadhilla dulu admin di departemen desain. Orangnya penuh semangat, meledak-ledak, keras kepala, sedikit temperamental, tapi juga cengeng. Pernah suatu kali dia berselisih dengan kepala departemen desain, hanya karena dia merasa benar, dan dia tidak terima hasil kerja kerasnya tidak dihargai oleh kepala departemen. Mungkin karena hal itu juga kebetulan salah satu personel accounting ada yang resign, sehingga dia di mutasi, atau lebih tepatnya ditarik oleh kepala departemen accounting. Apalagi Fadhilla punya basic di bidang accounting. Tapi pernah juga suatu kali dia menangis, hanya karena ada teman yang meledeknya dengan memperlihatkan foto-foto dia dan mantannya pada sebuah acara makan-makan departemen desain.


Beberapa bulan ini, aku dan Fadhilla menjalin hubungan secara diam-diam. Meski aku tahu orang sekantor tak henti-hentinya menggosipkan kami. Aku yakin mereka sebenarnya tahu. Tapi aku merasa tak perlu membuat suatu pernyataan, ataupun memperlihatkan kemesraan hubungan kami di depan mereka. Fadhilla pun tak mau secara terang-terangan mengakui berhubungan denganku. Kami sering ngobrol, sms-an, chatting. 


Aku sempat takut dia akan merasa trauma menjalin cinta, setelah pertunangannya kandas setahun yang lalu. Tapi membaca bagaimana bahasa tubuhnya berbicara, bahwa dia sudah sepenuhnya sembuh dari luka masa lalu. Meskipun tak berarti melupakan masa kelam itu. Fadhilla masih ingat detail bagaimana dia dan mantannya saat jadian, atau bagaimana suatu kali dia yang sedang terburu-buru hendak berangkat kerja disuapi dengan lembut oleh mantannya yang setiap pagi berangkat kerja sama-sama. Cerita ini selalu membuatku cemburu, tapi tak mau menekannya. Dengan melarangnya menceritakan masa itu, bukan tak mungkin dia justru akan merasa sedih dan trauma. Aku anggap diriku sebagai seorang psikiater yang tengah mendengar cerita pasiennya, dan berusaha menjauhkannya dari traumatis.


Aku masih bingung dengan arti dia mengirim email ini. Sudah empat minggu sejak dia minta putus dariku. Dan kebetulan juga Fadhilla pindah departemen. Kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh Fadhilla untuk menjauhi aku. Puluhan sms ku tidak dibalasnya, chatting pun sudah tak pernah, parahnya lagi facebook dan twitter ku di blokir. Aku sempat marah saat tahu, facebook ku diblokir, aku pikir ini sudah keterlaluan. Hampir aku acak-acak facebooknya menggunakan aplikasi hack yang ku download dari internet. Tapi aku tak sampai hati, bukan itu yang kuinginkan. Aku belum bisa menerima keputusannya. Aku masih berharap bisa kembali menjalin cinta dengannya.


Email ini? Aku segera mencari lagu ini di internet dan mendownload-nya. Aku dengarkan dengan seksama sambil membaca lirik di email itu. Aku penasaran, apa yang ingin diungkapkan Fadhilla dari lagu ini? 


Apakah judulnya? Kutemukan penggantinya? Pengganti siapa? Pengganti mantan tunangannya, aku kah? Aku merasa terhormat jika aku bisa melakukannya, tapi memang itulah yang kuinginkan. Meskipun rasanya aku masih belum bisa memenuhi ekspektasinya. Bukan soal materi, karena aku paham jalan pikiran orang yang kusayangi ini, Fadhilla bukan cewek matre. Tapi ini soal ketakwaan kepada Yang Maha Kuasa. Sebagai seorang anak Pak Ustad, Fadhilla tentu mengharapkan seorang yang shaleh untuk mendampinginya dan menjadi imamnya kelak. Untuk yang satu ini, aku merasa belum cukup pantas. Tapi bukan berarti aku tidak bisa. Justru aku ingin menjadikan momentum ini untuk lebih giat beribadah, untuk berubah menjadi orang yang lebih bertakwa. Bukankah untuk mendapat istri yang shalehah, kita juga harus menjadi orang yang shaleh, agar kita pantas bersanding dengannya?


Ataukah mungkin dia menemukan penggantiku? Lalu untuk apa aku diganti? Maksudku aku belum benar-benar membuatnya jatuh cinta. Bahkan menurutku, dia akan memendam dalam-dalam kenangan selama menjalin kasih denganku. Aku mengerti seharusnya cerita cinta ini tak perlu terjadi karena sebenarnya aku sudah bertunangan. Itulah alasannya dia ingin berhenti berhubungan denganku. Sejak awal berhubungan Fadhilla sudah tahu aku bertunangan. Tapi perasaan yang berkembang di antara kami mementahkan semua logika. Berkali-kali dia meminta putus, tapi aku selalu berhasil menahannya. Rasanya aku belum siap kehilangannya. Cinta kami datang dan tumbuh di saat yang tidak tepat. Ya. Seandainya saja dulu kami bertemu sebelum aku bertunangan. Sepertinya Fadhilla begitu sempurna di mataku. Walau hanya empat bulan kami memadu kasih, tapi rasanya perasaanku sudah begitu mendalam, dan ingin sekali untuk memilikinya. 


Inginnya aku bertanya langsung padanya, perihal email ini. Tapi bagaimana caranya? Fadhilla tak akan membalas sms dan emailku. Dan aku yakin jika aku menelponnya pun dia tidak akan mengangkatnya. Galau merasuki pikiranku. Sudah hampir jam 12 siang tapi aku masih belum menyentuh pekerjaanku. Aku tak mau rasa penasaranku ini membunuhku. Aku putuskan untuk mengirim sms kepada Fadhilla. Seperti dugaanku sebelumnya, Fadhilla tidak membalas smsku. Aku penasaran tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Perempuan memang mahluk yang misterius. Mereka suka membuat para lelaki penasaran.


Sejak itu, aku masih sering mendengarkan lagu Kutemukan Penggantinya, untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh Fadhilla. Tapi tetap tiada hasil. Aku masih tetap tidak menemukan pesan itu. Biarlah semuanya ini berjalan seperti adanya. Bukankah jalan kehidupan ini sudah diatur oleh Yang Maha Pengatur? Manusia tak ubahnya seperti bidak catur. Menjalankan apa yang sudah direncanakanNya.