Assalamualaikum, apa kabar pembaca setia talkiwong?
Beberapa waktu yang lalu ada seorang teman yang tanya "Pak anaknya pernah sakit, muntah-muntah dan diare nggak?" Wah kebetulan sekali sebenarnya sekitar tiga minggu yang lalu anak saya yang kedua seorang perempuan berusia 8 bulan, setiap habis makan atau minum ASI sering muntah, diselingi buang-buang air atau diare. Bahkan sangking seringnya muntah, sampai-sampai Farannisa, nama anak perempuan saya itu, tidak mau makan maupun minum ASI. Padahal dalam keadaan sehat, Saya yakin para orangtua akan iri pada Saya, dikarenakan Farannisa yang gampang makan. Tubuhnya juga sedikit gemuk, biarpun minum susunya agak ngirit (sehari paling banyak 3 botol kecil @40 ml, lebih seringnya cuma 1 botol).
Pada edisi kali ini Saya akan berbagi tips kepada para orang tua, jika pada suatu hari mengalami kejadian ini, yang pasti akan membuat pikiran para orang tua jadi kacau 'galau'.
Pada hari pertama sampai jam 6.00 pagi Farah sudah beberapa kali muntah dan diare, sehingga pagi itu langsung Saya bawa ke dokter umum. Selama 1 hari itu tak ada tanda-tanda keadaaan akan membaik, sebagai Ayah tentu saya merasa galau. Apalagi beberapa hari sebelunya seorang teman bercerita keponakannya opname di RS dengan gejala yang sama seperti yang dialami Farah. Terbayang di pikiran bagaimana seandainya Farah masuk RS. Terus terang sejak Afghan masuk RS pada usia 1 tahun (sekarang hampir 3 tahun), saya masih trauma. Hampir setiap hari Afghan menangis, apalagi kalau lihat perawat yang cantik-cantik itu kalau pas lagi cek up. Dalam hati saya terus berdoa agar jangan sampai Farah mengalami hal yang sama dengan Afghan.
Saya tetap menenangkan diri, karena saya tak ingin terlihat panik oleh istri saya. "Percayalah panik itu hanya akan mempersulit masalah", begitu kira-kira saya berkata dalam hati. Dengan menggunakan handphone Saya sibuk searching bahan di internet, atau istilah bekennya "tanyalah pada mBah Googole" dan saya menemukan beberapa fakta mengenai gejala muntah dan diare pada bayi, berikut seperti yang saya kutip dari halaman babies-owner.blogspot.com :
Beberapa waktu yang lalu ada seorang teman yang tanya "Pak anaknya pernah sakit, muntah-muntah dan diare nggak?" Wah kebetulan sekali sebenarnya sekitar tiga minggu yang lalu anak saya yang kedua seorang perempuan berusia 8 bulan, setiap habis makan atau minum ASI sering muntah, diselingi buang-buang air atau diare. Bahkan sangking seringnya muntah, sampai-sampai Farannisa, nama anak perempuan saya itu, tidak mau makan maupun minum ASI. Padahal dalam keadaan sehat, Saya yakin para orangtua akan iri pada Saya, dikarenakan Farannisa yang gampang makan. Tubuhnya juga sedikit gemuk, biarpun minum susunya agak ngirit (sehari paling banyak 3 botol kecil @40 ml, lebih seringnya cuma 1 botol).
Pada edisi kali ini Saya akan berbagi tips kepada para orang tua, jika pada suatu hari mengalami kejadian ini, yang pasti akan membuat pikiran para orang tua jadi kacau 'galau'.
Farannisa, balapan merangkak lawan Afghan |
Nggak suka difoto, tapi Ayah maksa memfoto |
Saya tetap menenangkan diri, karena saya tak ingin terlihat panik oleh istri saya. "Percayalah panik itu hanya akan mempersulit masalah", begitu kira-kira saya berkata dalam hati. Dengan menggunakan handphone Saya sibuk searching bahan di internet, atau istilah bekennya "tanyalah pada mBah Googole" dan saya menemukan beberapa fakta mengenai gejala muntah dan diare pada bayi, berikut seperti yang saya kutip dari halaman babies-owner.blogspot.com :
- Bila muntahnya berwarna hijau, ini menunjukkan ada kelainan pada aluran pencernaan bayi, biasanya ada sumbatan di bawah usus halusnya. Warna hijau itu adalah cairan empedu yang ikut keluar. Bahkan meskipun bayi tidak makan pun, dia masih bisa muntah. Ini dikarenakan cairan empedu keluar, dan enzim-enzim yang lain tak bisa lewat. Untuk mengetahu penyebab dari sumbatan itu, haruslah melalui pemeriksaan lebih lanjut, semisal USG atau Rontgen, kemudian baru bisa dihilangkan sumbatannya.
- Bila muntahan menyemprot seperti air mancur, ini menunjukkan ada kelainan pada susunan saraf pusat di otak si bayi, biasanya terjadi setelah bayi terjatuh. Segera bawa ke dokter. (alternatifnya berdasar pengalaman talkiwong, bayi bisa dibawa ke dukun bayi untuk dipijat)
- Bisa juga karena keracunan, ini peringatan untuk para orang tua dan para pengasuh bayi, agar selalu mencuci tangan dengan sabun bila ingin menyentuh bayi, atau akan menyiapkan makanan untuknya, apalagi sehabis pulang kerja atau setelah pulang kerja. Untuk pertolongan pertama, berikan baiyi oralit, atau larutan gula dan garam. Segera bawa ke dokter.
- Bila muntah darah, jika berwarna merah dan banyak, ada kemungkinan pembuluh darahnya pecah. Tapi jika berwarna hitam berarti ada darah lambung. Segera periksakan ke dokter. Pemeriksaan dilakukan tergantung pada jenis dan banyaknya darah. Pendarahan yang banyak sangat berbahaya karena menurunkan kadar hemoglobin sehingga bayi kekurangan cairan dalam pembuluh darah.
Segeralah bersihkan muntahan yang mengenai badan bayi dengan tissue, maupun lap. Jangan biarkan muntahan terlalu lama kontak dengan kulit, karena bisa mengakibatkan iritasi.
Tips untuk mencegah muntah :
- Jangan menyusui di kala bayi menangis, tenangkan dulu sang bayi, baru kemudian bayi bisa diberi susu.
- Miringkan dot/ botol susu saat meminumkannya, pastikan yang masuk ke mulut bayi adalah susu, bukan udara.
- Setelah selesai minum susu, usahakan gendong bayi dengan posisi setegak mungkin.
- Jangan "mengkudang" bayi (mengangkat-angkatnya) setelah selesai minum. Jangan meletakkan bayi dengan posisi telentang, dudukkan bayi di stroller nya dan ikat.
- Usahakan bayi bersendawa setelah minum susu.
Pada sore harinya setelah diperiksa dokter. Saya membawa Farannisa ke dukun bayi untuk dipijat -- mungkin sebagian pembaca merasa aneh, hari gini masih pakai dukun bayi? Justru pada usia 8 bulan ini Farannisa sedang dalam keadaan aktif dan selalu bergerak, orang tua bahkan pengasuhnya mungkin tidak tahu saat Farah terpeleset dan jatuh, mungkin dipikir hanya jatuh biasa. Dan saya tidak mau ambil resiko, seorang dukun bayi mampu mendeteksi, bagian-bagian tubuh bayi yang sarafnya tidak dalam keadaan normal. dan biasanya sangat mengganggu bagi si bayi. Alhamdulillah di hari kedua (hari Minggu) meskipun Farannisa nafsu makannya belum kembali, tapi muntah dan diare-nya sudah berkurang. Dan di hari ketiga (hari Senin) sepulang kerja saya menanyakan kepada pengasuhnya tentang keadaan Farannisa, dan Alhamdulillah Farah sudah mau makan, sudah tidak diare, dan tidak muntah lagi.
Saya harap tips ini bisa berguna untuk para orang tua yang masih memiliki anak bayi. Saya lebih berharap lagi bila teman-teman sekalian tidak mengalami kejadian ini.
Cukup sekian dulu, waktunya mengajak Farannisa dan Afghan jalan-jalan dulu. Wassalamualaikum