Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 Juli 2012

Kutemukan Penggantinya

Hari terakhir lembur di bulan ini. Terakhir, karena besok sudah akan berganti bulan. Aku tetap berangkat pagi, meskipun tadi malam begadang. Aku harap aku bisa mendapat bus pertama, dan kalaupun hari ini macet paling tidak itulah harapanku, jadi aku bisa tidur di bus, mengganti jam tidurku yang semalam. Ada beberapa tugas menulis yang harus diselesaikan tadi malam. Dan syukurlah meskipun agak sulit tapi aku bisa menyelesaikannya walaupun berarti jam tidurku harus berkurang, dan paginya harus masuk kerja.

Segera setelah  bus pertama datang, aku naik dan duduk di barisan kanan di belakang pak sopir. Duduk di situ seorang perempuan muda berkerudung putih, setelah tersenyum dan memberikan tempat untukku dia kembali pada aktivitasnya, bermain-main dengan handponnya. Ku keluarkan hape ku dari saku dan headsetnya, segera kupasang di telingaku dan kuputar lagu, tanpa melihat judul apa yang sedang diputar. Aku tidak peduli, yang penting aku mau mendengar musik sambil tidur. Baru beberapa menit bus berjalan rasa kantuk sudah menyerang, belum lagi aku update status facebook dan twitter ku. Tapi aku lebih menuruti rasa kantukku. Jika tidak macet aku bisa berada di bus dan tidur tak kurang dari 30 menit, tapi bila macet aku harap dapat tambahan 30 menit saja, tidak lebih! Kelamaan macet tidak akan membuatku tidur lebih nyenyak, justru sebaliknya hanya bikin dongkol karena kegerahan. Maklum busnya tidak ber-AC.

Tampaknya aku harus sedikit kecewa, perjalanan lancar! Hanya ada sedikit kemacetan, tapi pada intinya jalanan lancar. Dan aku hanya sempat tertidur kurang lebih 20 menit saja. Efeknya, kebugaranku belum kembali 100%. Dengan langkah gontai aku menuju kantor. Sedikit malas untuk menyapa satpam di pos jaga tadi, aku hanya melambaikan tangan, dia juga membalasnya dengan lambaian tangan.


Sepi di kantor, hanya aku dan beberapa orang dari bagian personalia yang masuk. Ruang kerjaku berada di tengah, di antara ruang kerja accounting dan marketing. Sebenarnya kantor ini hanya satu ruangan, tapi antar departemen dibatasi dengan partisi setinggi 1,5 meter. Ada 4 departmen yang berkantor disini, selain personalia dan accounting masih ada departmen marketing, juga departemen tempatku bekerja, desain.


Sebelum memasuki tempat kerjaku, kusempatkan diri untuk melongok ruang kerja accounting. Aku berharap melihat perempuan itu di sana, meski aku tahu peluangnya sangat kecil melihatnya berada di ruang kerjanya sekarang. Di antara 4 departmen yang ada di sini, accounting adalah departmen yang paling jarang lembur. Bukannya apa-apa, tapi bagian yang sering berhubungan dengan bank ini, hari kerjanya menyesuaikan dengan hari kerja bank, Senin sampai Jumat. Hanya ada beberapa kasus khusus di mana mereka terpaksa masuk di hari Sabtu. Dan itulah yang aku harapkan saat ini. Tapi kenyataan berkata lain. Tidak ada siapa-siapa di ruang kerja accounting.

Jam 8.30 tepat, waktunya bekerja. Kunyalakan komputerku, terdengar deru suara kipas prosesor. Suaranya keras, lebih mirip suara blower di ruang toilet. Setelah komputer nyala, pertama-tama kubuka inbox emailku, di hari libur seperti ini, biasanya tidak ada email masuk. Tapi entah kenapa rasanya aku ingin sekali melihat daftar email yang masuk. Ada satu email masuk, ku lihat nama pengirimnya Fadhilla. Bergegas aku berdiri menuju ruang accounting, sangking terburu-buru hampir saja aku menabrak ibu cleaning service, yang sedang membersihkan ruangan accounting.

“Mas, mau cari siapa?”

“Eeee, ” aku gelagapan, “accounting ada yang masuk nggak bu?” jawabku sekenanya.

“Mana ada mas? Accounting mah kalau sabtu libur.”

Aku tak percaya begitu saja. Meski aku tidak masuk ke ruang accounting, tapi mataku menyapu seluruh sudut di ruang kerja accounting. Tidak ada tanda-tanda mahluk accounting di situ.

“Permisi mas, saya mau bersih-bersih dulu”, ibu cleaning service itu keluar dari ruang accounting membawa keranjang sampah yang penuh dengan kertas-kertas bekas.

Aku kembali ke meja kerjaku. Aku lihat lagi dengan cermat inbox emailku. Nama pengirimnya sudah jelas Fadhilla, jam terkirim 08.31. Subyek kosong atau no subject. Kubaca emailnya

Kutemukan Penggantinya (Ost Film Milli dan Nathan) by Winda

sebuah kisah tertulis indah dimasa lalu
tak teraba oleh hati siapapun
hingga kau datang dengan segala kelemahanmu
cacat hidupmu menyempurnakanku

kesakitanku bertambah pahit
ketika harus ku akui
aku menahan rasa cinta untukmu
namun kau tetap ada

kau hadir dalam bayang yang tak pernah ku anggap
kau ada didalam bayang semu
kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu
kau menyayangku dan buatku berkata
ku temukan penggantinya

kesakitanku bertambah pahit
ketika harus ku akui
kau hadir dalam bayang yang tak pernah ku anggap
kau ada didalam bayang semu
kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu
kau menyayangku dan buat ku berkata

kau hadir dalam bayang yang tak pernah ku anggap
kau ada didalam bayang semu
kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu
kau menyayangku dan buat ku berkata
ku temukan penggantinya, kutemukan penggantinya

Seperti sebuah lirik lagu, tapi aku merasa belum pernah mendengar lagu ini. Fadhilla tidak berada di kantor, berarti dia mengirim email ini dari email yahoo. Entah kenapa tadi tidak terpikirkan olehku. Aku hanya berpikir, atau mungkin berharap dia ada di kantor saat ini.

Fadhilla dulu admin di departemen desain. Orangnya penuh semangat, meledak-ledak, keras kepala, sedikit temperamental, tapi juga cengeng. Pernah suatu kali dia berselisih dengan kepala departemen desain, hanya karena dia merasa benar, dan dia tidak terima hasil kerja kerasnya tidak dihargai oleh kepala departemen. Mungkin karena hal itu juga kebetulan salah satu personel accounting ada yang resign, sehingga dia di mutasi, atau lebih tepatnya ditarik oleh kepala departemen accounting. Apalagi Fadhilla punya basic di bidang accounting. Tapi pernah juga suatu kali dia menangis, hanya karena ada teman yang meledeknya dengan memperlihatkan foto-foto dia dan mantannya pada sebuah acara makan-makan departemen desain.


Beberapa bulan ini, aku dan Fadhilla menjalin hubungan secara diam-diam. Meski aku tahu orang sekantor tak henti-hentinya menggosipkan kami. Aku yakin mereka sebenarnya tahu. Tapi aku merasa tak perlu membuat suatu pernyataan, ataupun memperlihatkan kemesraan hubungan kami di depan mereka. Fadhilla pun tak mau secara terang-terangan mengakui berhubungan denganku. Kami sering ngobrol, sms-an, chatting. 


Aku sempat takut dia akan merasa trauma menjalin cinta, setelah pertunangannya kandas setahun yang lalu. Tapi membaca bagaimana bahasa tubuhnya berbicara, bahwa dia sudah sepenuhnya sembuh dari luka masa lalu. Meskipun tak berarti melupakan masa kelam itu. Fadhilla masih ingat detail bagaimana dia dan mantannya saat jadian, atau bagaimana suatu kali dia yang sedang terburu-buru hendak berangkat kerja disuapi dengan lembut oleh mantannya yang setiap pagi berangkat kerja sama-sama. Cerita ini selalu membuatku cemburu, tapi tak mau menekannya. Dengan melarangnya menceritakan masa itu, bukan tak mungkin dia justru akan merasa sedih dan trauma. Aku anggap diriku sebagai seorang psikiater yang tengah mendengar cerita pasiennya, dan berusaha menjauhkannya dari traumatis.


Aku masih bingung dengan arti dia mengirim email ini. Sudah empat minggu sejak dia minta putus dariku. Dan kebetulan juga Fadhilla pindah departemen. Kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh Fadhilla untuk menjauhi aku. Puluhan sms ku tidak dibalasnya, chatting pun sudah tak pernah, parahnya lagi facebook dan twitter ku di blokir. Aku sempat marah saat tahu, facebook ku diblokir, aku pikir ini sudah keterlaluan. Hampir aku acak-acak facebooknya menggunakan aplikasi hack yang ku download dari internet. Tapi aku tak sampai hati, bukan itu yang kuinginkan. Aku belum bisa menerima keputusannya. Aku masih berharap bisa kembali menjalin cinta dengannya.


Email ini? Aku segera mencari lagu ini di internet dan mendownload-nya. Aku dengarkan dengan seksama sambil membaca lirik di email itu. Aku penasaran, apa yang ingin diungkapkan Fadhilla dari lagu ini? 


Apakah judulnya? Kutemukan penggantinya? Pengganti siapa? Pengganti mantan tunangannya, aku kah? Aku merasa terhormat jika aku bisa melakukannya, tapi memang itulah yang kuinginkan. Meskipun rasanya aku masih belum bisa memenuhi ekspektasinya. Bukan soal materi, karena aku paham jalan pikiran orang yang kusayangi ini, Fadhilla bukan cewek matre. Tapi ini soal ketakwaan kepada Yang Maha Kuasa. Sebagai seorang anak Pak Ustad, Fadhilla tentu mengharapkan seorang yang shaleh untuk mendampinginya dan menjadi imamnya kelak. Untuk yang satu ini, aku merasa belum cukup pantas. Tapi bukan berarti aku tidak bisa. Justru aku ingin menjadikan momentum ini untuk lebih giat beribadah, untuk berubah menjadi orang yang lebih bertakwa. Bukankah untuk mendapat istri yang shalehah, kita juga harus menjadi orang yang shaleh, agar kita pantas bersanding dengannya?


Ataukah mungkin dia menemukan penggantiku? Lalu untuk apa aku diganti? Maksudku aku belum benar-benar membuatnya jatuh cinta. Bahkan menurutku, dia akan memendam dalam-dalam kenangan selama menjalin kasih denganku. Aku mengerti seharusnya cerita cinta ini tak perlu terjadi karena sebenarnya aku sudah bertunangan. Itulah alasannya dia ingin berhenti berhubungan denganku. Sejak awal berhubungan Fadhilla sudah tahu aku bertunangan. Tapi perasaan yang berkembang di antara kami mementahkan semua logika. Berkali-kali dia meminta putus, tapi aku selalu berhasil menahannya. Rasanya aku belum siap kehilangannya. Cinta kami datang dan tumbuh di saat yang tidak tepat. Ya. Seandainya saja dulu kami bertemu sebelum aku bertunangan. Sepertinya Fadhilla begitu sempurna di mataku. Walau hanya empat bulan kami memadu kasih, tapi rasanya perasaanku sudah begitu mendalam, dan ingin sekali untuk memilikinya. 


Inginnya aku bertanya langsung padanya, perihal email ini. Tapi bagaimana caranya? Fadhilla tak akan membalas sms dan emailku. Dan aku yakin jika aku menelponnya pun dia tidak akan mengangkatnya. Galau merasuki pikiranku. Sudah hampir jam 12 siang tapi aku masih belum menyentuh pekerjaanku. Aku tak mau rasa penasaranku ini membunuhku. Aku putuskan untuk mengirim sms kepada Fadhilla. Seperti dugaanku sebelumnya, Fadhilla tidak membalas smsku. Aku penasaran tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Perempuan memang mahluk yang misterius. Mereka suka membuat para lelaki penasaran.


Sejak itu, aku masih sering mendengarkan lagu Kutemukan Penggantinya, untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh Fadhilla. Tapi tetap tiada hasil. Aku masih tetap tidak menemukan pesan itu. Biarlah semuanya ini berjalan seperti adanya. Bukankah jalan kehidupan ini sudah diatur oleh Yang Maha Pengatur? Manusia tak ubahnya seperti bidak catur. Menjalankan apa yang sudah direncanakanNya.


Minggu, 24 Juni 2012

Kekasih Halal

"Manusia diciptakan dengan cinta. Dan mereka hidup dengan cinta yang membara dalam hati mereka."

Memiliki kekasih yang cantik dan salehah adalah impian setiap pemuda, biasanya salehah diidentikkan dengan perempuan yang memakai kerudung, meskipun tidak ada jaminan bahwa setiap perempuan yang berkerudung itu  salehah, tapi setiap perempuan yang salehah pasti memakai kerudung serta berpakaian yang mampu menyembunyikan lekuk tubuh serta rambutnya.

Aneh rasanya kalau melihat perempuan berkerudung tapi memakai kaos ketat yang menonjolkan bagian-bagian tubuhnya. Tertutup tapi menonjol, apa bedanya dengan yang sedikit terbuka? Mungkin mereka belum memahami maksud dari berhijab. Tapi mungkin itu masih lebih baik jika dibandingkan dengan mereka yang merasa sebagai perempuan salehah, tapi belum tergerak hatinya untuk berhijab.

Kenapa harus yang salehah? Apa perempuan yang tidak salehah tidak layak untuk dicintai? Tuhan telah menetapkan jodoh tiap manusia, seorang pemuda yang saleh sudah selayaknya mendapatkan perempuan yang salehah. Dan jika menginginkan sebuah rumahtangga yang harmonis, sakinah mawwadah dan warrohmah, pilihannya sudah tidak bisa ditawar lagi, yaitu perempuan yang salehah.

Saat kita mengharapkan perempuan yang salehah, sudah seharusnya juga kita memotivasi diri untuk menjadi seorang yang saleh, yang layak mendampingi , dan menjadi imam bagi perempuan salehah. Jangan sampai perempuan salehah itu menurunkan level dan derajatnya hanya untuk menjadi pendamping kita yang level dan derajatnya masih di bawahnya, dan begitu juga sebaliknya. Kita tidak perlu terlalu bersedih jika gagal mendapat perempuan salehah buruan kita. Yang pasti Tuhan telah menyiapkan pengganti yang lebih cocok untuk kita.


Dion mengenal Firda sebagai seorang partner di kantornya, mereka sering bertemu dan semakin dekat, sehingga tumbuh benih-benih rasa suka di antara keduanya. Perhatian dan perlakuan Dion jelas menyiratkan perasannya. Firda pun mampu menangkap sinyal-sinyal itu dengan baik, Firda pun membalas sinyal yang dikirimkan Dion melalui perlakuan dan bahasa tubuhnya. Tapi Firda hanyalah seorang perempuan yang merasa tak mungkin menyatakan perasaannya sebelum Dion melakukannya.

Hari yang dinanti itupun tiba, sebelumnya Dion mengirimkan pesan singkat kepada Firda. Mereka janjian sore ini sepulang kerja, dengan mantap Firda membalas SMS Dion, meskipun hatinya bergetar, jantungnya berdegup kencang. “Mungkin inilah saatnya…”, gumam Firda dalam hati.

Dion dengan motornya, mengajak Firda mengelilingi simpang lima Semarang sampai tujuh kali. Sebelum akhirnya Dion mengarahkan motornya ke arah selatan menuju taman Menteri Supeno depan SMA 1.  Dion merasa di tempat ini cocok untuk mengungkapkan perasaannya. Dan di tempat ini pula kedua insan ini mengucapkan janji setia, saling mencintai dan menyayangi hingga ke jenjang pernikahan.

Hari-hari berlalu, dan semua terasa indah bagi keduanya. Firda senang mendapat perhatian khusus dari kekasihnya. Bahkan suatu ketika Dion mengatakan, jika suatu saat nanti Firda menjadi istrinya, dia ingin Firda mengenakan kerudung, suatu hal yang wajib bagi wanita muslimah. Firda merasa sangat tersanjung mendengarnya, membayangkan suatu saat nanti menjadi istri dari kekasihnya saat ini. Firda sangat yakin bahwa suatu saat nanti datang waktunya dia akan halal bagi Dion.

Tapi Firda yang pernah bersekolah di Madrasah Aliyah (MA) tak ingin terlalu lama menunggu sampai menjadi istri Dion hanya untuk mengenakan kerudung. Hatinya sudah terketuk, mendapat hidayah dari Sang Kuasa. “Kalau bisa sekarang, kenapa harus menunggu sampai nanti…” pikirnya dalam hati.

Sampai akhirnya Firda memantapkan hatinya untuk memakai jilbab. Dia membeli kain beberapa meter untuk dijadikan seragam kerja berlengan panjang. Karena seragamnya yang sekarang berlengan pendek, sehingga tidak cocok dipakai untuk dipadukan dengan kerudungnya nanti.

Tak ayal keputusan Firda membuat Dion terkejut, tapi Firda punya alasan tepat yang tidak bisa dibantah oleh Dion. Meski begitu Firda merasa bingung dengan keterkejutan Dion. Ketika Dion mengungkapkan keinginannya agar Firda mengenakan jilbab, Firda merasa bahwa Dion adalah seorang muslim yang saleh, yang layak menjadi imamnya kelak. Tapi ketika Firda memenuhi permintaannya, kenapa justru Dion seolah merasa keberatan.

“ Kak…”, kata Firda, ketika Dion datang ke rumahnya dan mendapatinya memakai kerudung dan dengan baju gamis, tidak seperti biasanya yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek “kalau Ade bisa pakai jilbab sekarang, kenapa sih harus nunggu sampai jadi istri Kakak? Bukannya memakai jilbab itu wajib bagi wanita muslimah?”

“Ehh….”, Dion bingung menjawabnya.

Sejak saat itu dan selanjutnya, Firda selalu berpenampilan anggun dengan kerudung dan gamisnya. Dan dia juga sedikit menjaga jarak dengan Dion. Jika biasanya mereka bergandeng tangan saat berjalan bersama, kini Firda menolaknya dengan cara yang halus. Firda tak ingin kekasihnya sakit hati, tapi Firda juga tidak ingin dipandang negatif oleh orang yang melihatnya. Apa kata orang ketika melihat seorang perempuan berkerudung, berjalan bergandengan tangan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya, bukan juga muhrimnya?

Lama kelamaan Dion merasa, bahwa bukan ini hubungan yang diinginkannya. Dion ingin bisa menyentuh tangan Firda, menggandengnya, memeluknya, lebih-lebih bisa menciumnya. Seperti model pacaran yang sering dipertontonkan di hampir semua cerita sinetron-sinetron picisan. Dan saat ini, Dion merasa bahwa dia sudah tak punya  peluang untuk melakukannya dengan Firda.

“Dik! Apa aku ini najis bagimu?” tanya Dion suatu ketika dia mengajak Firda jalan-jalan dengan motornya, “bisa kan, kamu merapatkan dudukmu dan memegangi pinggangku?”

“Maaf Kak! Ade nggak bisa”

Dion bersungut-sungut, dia tahu dia tidak bisa memaksa Firda melakukannya. Dion tahu Firda benar, tapi tetap saja Dion ingin mendapat perlakukan yang mesra dari Firda. Pernah berpikir untuk meninggalkan Firda, tapi untuk saat ini, Firda adalah ratu di hatinya, dengan kata lain tak ada perempuan lain yang disukainya selain Firda.

Bahkan Dion sudah membawa orang tuanya untuk menemui orang rua Firda. Kedua insan ini ditunangkan. Tapi meski begitu, Firda masihlah belum halal untuk Dion. Meski pada awalnya Dion berpikir, jika mereka sudah bertunangan, Firda bisa memperlakukannya dengan mesra. Tapi Firda tetaplah Firda, seorang perempuan yang keras kepala, dan teguh pendiriannya. Tapi Firda selalu menghindari perdebatan yang panjang. Firda yakin bahwa sebenarnya Dion juga tahu dengan hukum Islam. Dan Firda masih yakin bahwa Dion adalah imamnya kelak.

Tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Hubungan mereka kandas di tengah jalan. Dion berhubungan dengan salah satu teman kerjanya yang lain. Dan kini tengah mengandung 2 bulan. Langit serasa runtuh menimpa Firda, ketika mendengar berita itu. Rasanya tidak rela hubungannya dengan Dion berakhir setragis ini.

Lebih-lebih bagi keluarga Firda yang telah menerima pertunangannya. Apa kata tetangga? Firda menangis tersedu-sedu, bersimpuh di kaki ibunya, berharap ibunya tegar menerima kenyataan. Calon menantunya yang dibanggakannya ternyata tidak sebaik yang dibayangkan. Tapi dukungan datang dari ayahnya.

“Mungkin dia bukan jodohmu Nduk….”, Ayah Firda mencoba menenangkan putrinya. “Masih bagus ketahuan sekarang, Tuhan sudah menyiapkan jodoh yang lebih baik daripada Dion untukmu, kamu yang sabar saja.”

“Tapi pak…!”, air mata Firda jatuh bercucuran, “apa kata tetangga?”

“Nduk, tidak ada seorangpun yang mengharapkan kejadian seperti ini ”, Ayah Firda menghela nafas, menyembunyikan kesedihan dari putrinya, “coba terima kenyataan dan bersyukurlah, kamu bisa menjaga kehormatanmu, ini memang menyakitkan, tapi saat menimpa pada kita, kita harus tegar menghadapinya, banyak-banyaklah berzikir”

Firda masih belum bisa menghentikan tangisnya. Tapi hatinya mulai merasa tenang. Benar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Dia harus bersyukur karena selama pacaran dengan Dion, dia masih bisa menjaga kehormatannya. Masih berpegang teguh pada nilai-nilai agama. Mungkin jika dia membiarkan Dion menjamahnya, bukan tak mungkin nasibnya sekarang akan lebih buruk, kehormatan keluarganya akan tercoreng moreng.

Firda memantabkan hatinya untuk bangkit. Menuruti nasihat ayahnya untuk memperbanyak zikir. Mencoba ikhlas, karena segala kejadian di dunia ini sudah direncanakan oleh Sang Khalik. Melupakan semua ini memang tidak mungkin, kecuali bahwa Firda mengalami amnesia atau lupa ingatan. Jalan yang terbaik adalah selalu bersyukur dan berusaha ikhlas. Dengan begitu perlahan-lahan sakit di hatinya bisa terobati, tidak ada cara yang instan untuk mengobati hati yang luka. Tapi keinginan dan tekad yang kuat dari pemilik hati yang luka bisa mempercepat penyembuhan. Wallahu alam






Sabtu, 02 Juni 2012

Love by Wire

Pernah dengar istilah Drive by Wire? Istilah ini populer pada pertengahan dekade 2000-an, khususnya dalam bidang MotoGP, tapi untuk dunia F1 istilah ini sudah kuno, karena F1 sudah lebih awal menggunakannya. Drive by wire berarti seluruh sistem mekanik yang ada pada motor dikendalikan dengan kabel yang disambung ke otak/CPU/ processor. Sehingga jika seorang pembalap menginjak pedal rem, sebenarnya dia memberikan perintah kepada processor untuk melakukan pengereman, prosessor memberikan perintah kepada sensor-sensor yang ada pada sistem mekanik untuk mengerem. Canggih kan? Legenda MotoGP Valentino Rossi sempat merasa canggung pada awal-awal penggunaannya. Teknologi ini sebenarnya di-adopsi dari ajang balap F1.


Apa hubungannya sama tajuk kita kali ini Love by Wire? Nggak ada, tadi cuman sekedar intermezzo saja, biar tambah pengetahuan. Pasti pada baru tahu kan? Hehehe... Pokoknya nggak rugi lah bergaul sama talkiwong, dijamin tambah pinter.

Di jaman yang semakin maju ini, aneh rasanya kalau melihat ada orang tidak punya, atau tidak membawa handphone atau biasa disebut hape. Dari usia anak-anak sampai kakek-nenek semua tahu dan punya hape. Entah untuk sekedar sms-an, telepon, main game, bisa juga facebook-an.

Risa dan Fajar sudah sebulan jadian. Dua sejoli ini layak berterima kasih pada teknologi seluler, dimana keduanya sangat terbantu dengan sms. Fajar yang terpesona dengan Risa teman kerjanya, sangat intens mengirimkan pesan singkat rayuan, gurauan, maupun sekedar curhat. Risa juga merasa senang dan tersanjung karena kini ada yang memperhatikannya, meski hanya melalui sms. Keduanya belum berani membuka hubungannya di depan teman-teman mereka yang lain. Bukan hanya karena mereka satu kerjaan, sebenarnya Risa dan Fajar satu bagian. Mereka tidak mau hubungan mereka justru mengganggu konsentrasi pada kerjaan, untuk itulah mereka sepakat untuk merahasiakan kisah cintanya.

Setiap hari Fajar menyirami Risa dengan puluhan sms kata-kata pujian. Risa membalasnya dengan menganggap kata-kata Fajar terlalu berlebihan atau lebay, meski sebenarnya dalam hati Risa tersanjung dan kagum, dengan rayuan gombal Fajar yang seakan tak pernah kering. Anehnya Fajar tidak pernah merasa tersinggung dan justru semakin membuatnya semangat untuk terus menyerang Risa dengan kata-katanya. Sampai akhirnya Risa mantab untuk menerima pinangan Fajar untuk menjadi kekasih hatinya. Butuh waktu sebulan bagi Fajar untuk meyakinkan Risa dengan pesan-pesan singkatnya.

Setiap hari tak kurang dari puluhan sms terkirim dari hape mereka berdua. Lama-lama tanpa mereka sadari, hubungan itu justru menurunkan kinerja keduanya. Selalu muncul perasaan cemas atau galau, kalau sms-nya belum dibalas. Setiap 10 sampai 30 menit mereka membuka hapenya untuk memeriksa pesan yang masuk, atau membalasnya. Tapi kadang-kadang salah satu dari mereka tenggelam dalam kesibukan pekerjaan, sedang yang lain merasa malas melakukan pekerjaan sebelum sms-nya dibalas.

Hingga muncul ide untuk berkirim pesan melalui komputer mereka yang terhubung dengan LAN (Local Area Network). Sebenarnya chat via LAN ini bukanlah hal baru. Bahkan kebanyakan software untuk chat berkembang pada era 2006. Tapi bagi keduanya, ini adalah sesuatu hal yang baru. Jadilah Fajar searching di google, dengan komputernya yang sebenarnya tidak diset untuk terhubung ke internet, tapi demi sang kekasih pujaan, Fajar sengaja membeli modem, dan secara sembunyi-sembunyi menancapkannya di port USB bagian belakang CPU.

Setelah lama pencarian, didapatlah beberapa software chat. Dan setelah dicoba-coba, akhirnya Fajar menentukan pilihannya. Kemudian Fajar meng-installnya juga pada komputer Risa. Tersenyumlah keduanya tatkala berhasil saling mengirim pesan melalui komputernya. Rasanya lebih mudah berkomunikasi dengan mengirim pesan, daripada harus mendatanginya, ataupun via saluran intercomm.

Melalui saluran kabel LAN inilah, cinta keduanya bersemi dan berkembang. Mereka paham bahwa jika ketahuan resikonya akan berat, selain harus menahan malu menjadi bahan gunjingan orang sekantor, mungkin mereka juga akan mendapat sanksi indisiplinner. Tapi, hidup hanya akan terasa datar tanpa adanya resiko kan? "live is never flat" kalau kata Agnes Monica. Biasanya sesuatu yang berresiko itu lebih berharga dari pada yang tidak berresiko.