"Manusia diciptakan dengan cinta. Dan mereka hidup dengan cinta yang membara dalam hati mereka."
Memiliki kekasih yang cantik dan salehah adalah impian setiap pemuda, biasanya salehah diidentikkan dengan perempuan yang memakai kerudung, meskipun tidak ada jaminan bahwa setiap perempuan yang berkerudung itu salehah, tapi setiap perempuan yang salehah pasti memakai kerudung serta berpakaian yang mampu menyembunyikan lekuk tubuh serta rambutnya.
Aneh rasanya kalau melihat perempuan berkerudung tapi memakai kaos ketat yang menonjolkan bagian-bagian tubuhnya. Tertutup tapi menonjol, apa bedanya dengan yang sedikit terbuka? Mungkin mereka belum memahami maksud dari berhijab. Tapi mungkin itu masih lebih baik jika dibandingkan dengan mereka yang merasa sebagai perempuan salehah, tapi belum tergerak hatinya untuk berhijab.
Kenapa harus yang salehah? Apa perempuan yang tidak salehah tidak layak untuk dicintai? Tuhan telah menetapkan jodoh tiap manusia, seorang pemuda yang saleh sudah selayaknya mendapatkan perempuan yang salehah. Dan jika menginginkan sebuah rumahtangga yang harmonis, sakinah mawwadah dan warrohmah, pilihannya sudah tidak bisa ditawar lagi, yaitu perempuan yang salehah.
Saat kita mengharapkan perempuan yang salehah, sudah seharusnya juga kita memotivasi diri untuk menjadi seorang yang saleh, yang layak mendampingi , dan menjadi imam bagi perempuan salehah. Jangan sampai perempuan salehah itu menurunkan level dan derajatnya hanya untuk menjadi pendamping kita yang level dan derajatnya masih di bawahnya, dan begitu juga sebaliknya. Kita tidak perlu terlalu bersedih jika gagal mendapat perempuan salehah buruan kita. Yang pasti Tuhan telah menyiapkan pengganti yang lebih cocok untuk kita.
Dion mengenal Firda sebagai seorang partner di kantornya, mereka sering bertemu dan semakin dekat, sehingga tumbuh benih-benih rasa suka di antara keduanya. Perhatian dan perlakuan Dion jelas menyiratkan perasannya. Firda pun mampu menangkap sinyal-sinyal itu dengan baik, Firda pun membalas sinyal yang dikirimkan Dion melalui perlakuan dan bahasa tubuhnya. Tapi Firda hanyalah seorang perempuan yang merasa tak mungkin menyatakan perasaannya sebelum Dion melakukannya.
Hari yang dinanti itupun tiba, sebelumnya Dion mengirimkan pesan singkat kepada Firda. Mereka janjian sore ini sepulang kerja, dengan mantap Firda membalas SMS Dion, meskipun hatinya bergetar, jantungnya berdegup kencang. “Mungkin inilah saatnya…”, gumam Firda dalam hati.
Dion dengan motornya, mengajak Firda mengelilingi simpang lima Semarang sampai tujuh kali. Sebelum akhirnya Dion mengarahkan motornya ke arah selatan menuju taman Menteri Supeno depan SMA 1. Dion merasa di tempat ini cocok untuk mengungkapkan perasaannya. Dan di tempat ini pula kedua insan ini mengucapkan janji setia, saling mencintai dan menyayangi hingga ke jenjang pernikahan.
Hari-hari berlalu, dan semua terasa indah bagi keduanya. Firda senang mendapat perhatian khusus dari kekasihnya. Bahkan suatu ketika Dion mengatakan, jika suatu saat nanti Firda menjadi istrinya, dia ingin Firda mengenakan kerudung, suatu hal yang wajib bagi wanita muslimah. Firda merasa sangat tersanjung mendengarnya, membayangkan suatu saat nanti menjadi istri dari kekasihnya saat ini. Firda sangat yakin bahwa suatu saat nanti datang waktunya dia akan halal bagi Dion.
Tapi Firda yang pernah bersekolah di Madrasah Aliyah (MA) tak ingin terlalu lama menunggu sampai menjadi istri Dion hanya untuk mengenakan kerudung. Hatinya sudah terketuk, mendapat hidayah dari Sang Kuasa. “Kalau bisa sekarang, kenapa harus menunggu sampai nanti…” pikirnya dalam hati.
Sampai akhirnya Firda memantapkan hatinya untuk memakai jilbab. Dia membeli kain beberapa meter untuk dijadikan seragam kerja berlengan panjang. Karena seragamnya yang sekarang berlengan pendek, sehingga tidak cocok dipakai untuk dipadukan dengan kerudungnya nanti.
Tak ayal keputusan Firda membuat Dion terkejut, tapi Firda punya alasan tepat yang tidak bisa dibantah oleh Dion. Meski begitu Firda merasa bingung dengan keterkejutan Dion. Ketika Dion mengungkapkan keinginannya agar Firda mengenakan jilbab, Firda merasa bahwa Dion adalah seorang muslim yang saleh, yang layak menjadi imamnya kelak. Tapi ketika Firda memenuhi permintaannya, kenapa justru Dion seolah merasa keberatan.
“ Kak…”, kata Firda, ketika Dion datang ke rumahnya dan mendapatinya memakai kerudung dan dengan baju gamis, tidak seperti biasanya yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek “kalau Ade bisa pakai jilbab sekarang, kenapa sih harus nunggu sampai jadi istri Kakak? Bukannya memakai jilbab itu wajib bagi wanita muslimah?”
“Ehh….”, Dion bingung menjawabnya.
Sejak saat itu dan selanjutnya, Firda selalu berpenampilan anggun dengan kerudung dan gamisnya. Dan dia juga sedikit menjaga jarak dengan Dion. Jika biasanya mereka bergandeng tangan saat berjalan bersama, kini Firda menolaknya dengan cara yang halus. Firda tak ingin kekasihnya sakit hati, tapi Firda juga tidak ingin dipandang negatif oleh orang yang melihatnya. Apa kata orang ketika melihat seorang perempuan berkerudung, berjalan bergandengan tangan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya, bukan juga muhrimnya?
Lama kelamaan Dion merasa, bahwa bukan ini hubungan yang diinginkannya. Dion ingin bisa menyentuh tangan Firda, menggandengnya, memeluknya, lebih-lebih bisa menciumnya. Seperti model pacaran yang sering dipertontonkan di hampir semua cerita sinetron-sinetron picisan. Dan saat ini, Dion merasa bahwa dia sudah tak punya peluang untuk melakukannya dengan Firda.
“Dik! Apa aku ini najis bagimu?” tanya Dion suatu ketika dia mengajak Firda jalan-jalan dengan motornya, “bisa kan, kamu merapatkan dudukmu dan memegangi pinggangku?”
“Maaf Kak! Ade nggak bisa”
Dion bersungut-sungut, dia tahu dia tidak bisa memaksa Firda melakukannya. Dion tahu Firda benar, tapi tetap saja Dion ingin mendapat perlakukan yang mesra dari Firda. Pernah berpikir untuk meninggalkan Firda, tapi untuk saat ini, Firda adalah ratu di hatinya, dengan kata lain tak ada perempuan lain yang disukainya selain Firda.
Bahkan Dion sudah membawa orang tuanya untuk menemui orang rua Firda. Kedua insan ini ditunangkan. Tapi meski begitu, Firda masihlah belum halal untuk Dion. Meski pada awalnya Dion berpikir, jika mereka sudah bertunangan, Firda bisa memperlakukannya dengan mesra. Tapi Firda tetaplah Firda, seorang perempuan yang keras kepala, dan teguh pendiriannya. Tapi Firda selalu menghindari perdebatan yang panjang. Firda yakin bahwa sebenarnya Dion juga tahu dengan hukum Islam. Dan Firda masih yakin bahwa Dion adalah imamnya kelak.
Tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Hubungan mereka kandas di tengah jalan. Dion berhubungan dengan salah satu teman kerjanya yang lain. Dan kini tengah mengandung 2 bulan. Langit serasa runtuh menimpa Firda, ketika mendengar berita itu. Rasanya tidak rela hubungannya dengan Dion berakhir setragis ini.
Lebih-lebih bagi keluarga Firda yang telah menerima pertunangannya. Apa kata tetangga? Firda menangis tersedu-sedu, bersimpuh di kaki ibunya, berharap ibunya tegar menerima kenyataan. Calon menantunya yang dibanggakannya ternyata tidak sebaik yang dibayangkan. Tapi dukungan datang dari ayahnya.
“Mungkin dia bukan jodohmu Nduk….”, Ayah Firda mencoba menenangkan putrinya. “Masih bagus ketahuan sekarang, Tuhan sudah menyiapkan jodoh yang lebih baik daripada Dion untukmu, kamu yang sabar saja.”
“Tapi pak…!”, air mata Firda jatuh bercucuran, “apa kata tetangga?”
“Nduk, tidak ada seorangpun yang mengharapkan kejadian seperti ini ”, Ayah Firda menghela nafas, menyembunyikan kesedihan dari putrinya, “coba terima kenyataan dan bersyukurlah, kamu bisa menjaga kehormatanmu, ini memang menyakitkan, tapi saat menimpa pada kita, kita harus tegar menghadapinya, banyak-banyaklah berzikir”
Firda masih belum bisa menghentikan tangisnya. Tapi hatinya mulai merasa tenang. Benar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Dia harus bersyukur karena selama pacaran dengan Dion, dia masih bisa menjaga kehormatannya. Masih berpegang teguh pada nilai-nilai agama. Mungkin jika dia membiarkan Dion menjamahnya, bukan tak mungkin nasibnya sekarang akan lebih buruk, kehormatan keluarganya akan tercoreng moreng.
Firda memantabkan hatinya untuk bangkit. Menuruti nasihat ayahnya untuk memperbanyak zikir. Mencoba ikhlas, karena segala kejadian di dunia ini sudah direncanakan oleh Sang Khalik. Melupakan semua ini memang tidak mungkin, kecuali bahwa Firda mengalami amnesia atau lupa ingatan. Jalan yang terbaik adalah selalu bersyukur dan berusaha ikhlas. Dengan begitu perlahan-lahan sakit di hatinya bisa terobati, tidak ada cara yang instan untuk mengobati hati yang luka. Tapi keinginan dan tekad yang kuat dari pemilik hati yang luka bisa mempercepat penyembuhan. Wallahu alam
0 komentar:
Posting Komentar