Sabtu, 02 Juni 2012

Love by Wire

Pernah dengar istilah Drive by Wire? Istilah ini populer pada pertengahan dekade 2000-an, khususnya dalam bidang MotoGP, tapi untuk dunia F1 istilah ini sudah kuno, karena F1 sudah lebih awal menggunakannya. Drive by wire berarti seluruh sistem mekanik yang ada pada motor dikendalikan dengan kabel yang disambung ke otak/CPU/ processor. Sehingga jika seorang pembalap menginjak pedal rem, sebenarnya dia memberikan perintah kepada processor untuk melakukan pengereman, prosessor memberikan perintah kepada sensor-sensor yang ada pada sistem mekanik untuk mengerem. Canggih kan? Legenda MotoGP Valentino Rossi sempat merasa canggung pada awal-awal penggunaannya. Teknologi ini sebenarnya di-adopsi dari ajang balap F1.


Apa hubungannya sama tajuk kita kali ini Love by Wire? Nggak ada, tadi cuman sekedar intermezzo saja, biar tambah pengetahuan. Pasti pada baru tahu kan? Hehehe... Pokoknya nggak rugi lah bergaul sama talkiwong, dijamin tambah pinter.

Di jaman yang semakin maju ini, aneh rasanya kalau melihat ada orang tidak punya, atau tidak membawa handphone atau biasa disebut hape. Dari usia anak-anak sampai kakek-nenek semua tahu dan punya hape. Entah untuk sekedar sms-an, telepon, main game, bisa juga facebook-an.

Risa dan Fajar sudah sebulan jadian. Dua sejoli ini layak berterima kasih pada teknologi seluler, dimana keduanya sangat terbantu dengan sms. Fajar yang terpesona dengan Risa teman kerjanya, sangat intens mengirimkan pesan singkat rayuan, gurauan, maupun sekedar curhat. Risa juga merasa senang dan tersanjung karena kini ada yang memperhatikannya, meski hanya melalui sms. Keduanya belum berani membuka hubungannya di depan teman-teman mereka yang lain. Bukan hanya karena mereka satu kerjaan, sebenarnya Risa dan Fajar satu bagian. Mereka tidak mau hubungan mereka justru mengganggu konsentrasi pada kerjaan, untuk itulah mereka sepakat untuk merahasiakan kisah cintanya.

Setiap hari Fajar menyirami Risa dengan puluhan sms kata-kata pujian. Risa membalasnya dengan menganggap kata-kata Fajar terlalu berlebihan atau lebay, meski sebenarnya dalam hati Risa tersanjung dan kagum, dengan rayuan gombal Fajar yang seakan tak pernah kering. Anehnya Fajar tidak pernah merasa tersinggung dan justru semakin membuatnya semangat untuk terus menyerang Risa dengan kata-katanya. Sampai akhirnya Risa mantab untuk menerima pinangan Fajar untuk menjadi kekasih hatinya. Butuh waktu sebulan bagi Fajar untuk meyakinkan Risa dengan pesan-pesan singkatnya.

Setiap hari tak kurang dari puluhan sms terkirim dari hape mereka berdua. Lama-lama tanpa mereka sadari, hubungan itu justru menurunkan kinerja keduanya. Selalu muncul perasaan cemas atau galau, kalau sms-nya belum dibalas. Setiap 10 sampai 30 menit mereka membuka hapenya untuk memeriksa pesan yang masuk, atau membalasnya. Tapi kadang-kadang salah satu dari mereka tenggelam dalam kesibukan pekerjaan, sedang yang lain merasa malas melakukan pekerjaan sebelum sms-nya dibalas.

Hingga muncul ide untuk berkirim pesan melalui komputer mereka yang terhubung dengan LAN (Local Area Network). Sebenarnya chat via LAN ini bukanlah hal baru. Bahkan kebanyakan software untuk chat berkembang pada era 2006. Tapi bagi keduanya, ini adalah sesuatu hal yang baru. Jadilah Fajar searching di google, dengan komputernya yang sebenarnya tidak diset untuk terhubung ke internet, tapi demi sang kekasih pujaan, Fajar sengaja membeli modem, dan secara sembunyi-sembunyi menancapkannya di port USB bagian belakang CPU.

Setelah lama pencarian, didapatlah beberapa software chat. Dan setelah dicoba-coba, akhirnya Fajar menentukan pilihannya. Kemudian Fajar meng-installnya juga pada komputer Risa. Tersenyumlah keduanya tatkala berhasil saling mengirim pesan melalui komputernya. Rasanya lebih mudah berkomunikasi dengan mengirim pesan, daripada harus mendatanginya, ataupun via saluran intercomm.

Melalui saluran kabel LAN inilah, cinta keduanya bersemi dan berkembang. Mereka paham bahwa jika ketahuan resikonya akan berat, selain harus menahan malu menjadi bahan gunjingan orang sekantor, mungkin mereka juga akan mendapat sanksi indisiplinner. Tapi, hidup hanya akan terasa datar tanpa adanya resiko kan? "live is never flat" kalau kata Agnes Monica. Biasanya sesuatu yang berresiko itu lebih berharga dari pada yang tidak berresiko.

0 komentar:

Posting Komentar